biar kata yang bicara

wellcom in jungle of mind

Rabu, 25 Mei 2011

Menanti

Kandungan istriku sudah masuk usia ke delapan bulan. Ini kehamilannya yang kedua. Perutnya benar-benar sudah besar. Bobot janin yang dikandung lebih dari 2 kilogram. Secara rutin satu bulan sekali pergi ke dokter kandungan. Dokter Ivan namanya. Seorang dokter tua yang sangat teliti. Di samping terkenal karena ketelitiannya juga dikenal dengan tarif di atas rata-rata dokter kandungan pada umumnya. 
Kenapa mesti ke dokter Ivan?
Pada awalnya kami ke dokter Gede.  Atas saran dari sepupu yang biasa kontrol di sana. Niatnya sih ke dokter Ali di Apotek Indra timur rel kereta api Proliman. Sayangnya hari itu tidak buka praktek. Dokter Gedelah yang memeriksa janin perut istri saya yang pertama. Di ruangannya yang bersih, perut istriku di USG. Di layar monitor LCD yang besar, kelihatan jelas perut istriku sudah berisi. Usianya 6 minggu. Kami saling berpandangan. Tersenyum. Alhamdulillah ya Allah atas segala karunia-Mu. Pada malam itu tambah yakin. Istriku benar-benar hamil. Sebelumnya memang dia bilang sudah telat.
Pada suatu malam istriku pendarahan. Badannya dingin beku. Tak tahu mesti berbuat apa. Sampai akhirnya semua jadi panik. Atas saran keluarga, dia dibawa ke rumah sakit Dr Oen Solo Baru. Tiba di rumah sakit langsung ditangani oleh dokter jaga. Setelah melalui beberapa lorong, akhirnya sampai di ruang perawatan intensif. Oleh dokter aku disuruh menunggu di luar. Ibu mertuaku duduk diam. Aku mondar mandir di depan ruangan itu. Pikiranku terus tertuju pada istriku dan janinnya. Sesaat kemudian pintu terbuka dan aku dipersilakan masuk. Aku menyilakan ibu mertuaku dulu untuk masuk. Aku menyusul belakangan. Setelah ibu keluar, aku mendekati istriku. Aku mencium pipinya lembut. Badannya tidak sedingin waktu tadi. Sudah agak rilek. Selimuti aku katanya. Udara dalam ruangan memang sangat dingin. Sepertinya ac-nya ga pernah dimatikan. Baru kemudian ia mengatakan, janinnya tidak apa-apa. Tapi harus bedrest beberapa hari di rumah sakit. Alhamdulillah. 
Atas saran ibu mertuaku, malam itu aku disuruh pulang dulu. Biar dia yang menjaga. Kemungkinan besar istriku di rawat di ruang kelas II. Ruangan ber-ac dengan tiga bed dan ada tvnya. Setelah administrasi selesai, aku pulang ke rumah. Sampai rumah sudah hampir pukul 2 dini hari.
Keesokan harinya, aku pamit tidak masuk kerja. Istri sedang di rumah sakit begitu ijinku. Sebelum berangkat ke rumah sakit aku siapkan beberapa barang bawaan. Terutama pakaian ganti untuk istri dan ibuku. Juga piring gelas dan termos. Sampai di rumah sakit, aku langsung bertanya bagaimana keadaannya. Ia merasa baik dan lebih sehat tapi ia belum mandi. Dokter menyarankan untuk tidak bergerak dan pergi ke mana-mana.Harus tetap di tempat tidur. Bahkan untuk buang air sekalipun. Waduh … pegel banget badan ini katanya. Sepagi itu memang belum ada pemeriksaan dari dokter. Suster bilang nanti siang sekitar jam 2.
Ketika jam menunjukkan pukul 2 siang, beberapa suster datang. Saatnya pemeriksaan dokter. Ranjang didorong keluar melalui lorong-lorong ke tempat praktek dokter. Ketika hampir sampai ke ruangan harus antre dulu sebentar. Banyak pasien yang menunggu. Entah apa semua mau periksa ke dokter kandungan atau bukan. Aku ikut terus hingga masuk ke ruangan praktek. Dengan gerak yang sangat cepat, seperti di film-film Hollywood paramedis bergerak cepat  untuk menyelamatkan korban, suster membuka selimut dan mengoles perut istriku dengan semacam jel. Seorang dokter berperawakan kecil tapi lincah memeriksa dengan usg. Usianya  sudah tidak muda. Namun  tidak mengurangi kegesitannya sebagai dokter. Oh iya, namanya dokter Ivan. Masih ada, tapi jangan bergerak-gerak. Tidur terus di ranjang barang 2-3 hari kata dokter cepat. Tidak sampai 5 menit pemeriksaan selesai. Ranjang dibawa kembali ke ruang perawatan. Hingga 2 hari kemudian istriku baru diperbolehkan pulang.
Jarak satu minggu kemudian harus kontrol lagi. Karena praktek di rumah sakit ramai, maka dipilih periksa di rumah. Kontrol pertama langsung dikasih obat 4 macam. Untuk menguatkan janin, untuk pertumbuhan, untuk perkembangan otak dan untuk vitamin. Per item jumlahnya ada 25 butir. Setiap kali periksa selalu dikasih obat itu. Sampai-sampai istriku muneg untuk minum obat. Pernah suatu ketika sehabis kontrol, Pak Ivan memberikan surat pengantar  untuk tes darah. Maksudnya antisipasi adanya virus tokso. Setelah ditanyakan di tempat tes darah ternyata biayanya lumayan. Hemm. Alhamdulillah hasilnya negatif. Tidak ada virusnya.
Sampai saat ini, kondisi kandungan istriku Alhamdulillah sehat-sehat saja. Mohon doa restunya, mudahan-mudahan Allah selalu melimpahkan rahmat taufik-Nya kepada keluarga kami sehingga kondisi bayi kandungan selalu sehat dan nanti pada hari kelahiran diberi kemudahan dan kelancaran. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar